Daysleepers : Keintiman dalam Keheningan
Pada umumnya orang-orang bekerja di pagi hari hingga petang menjulang. Selain itu adalah mereka yang bekerja pada malam hari hingga bertemu dengan pagi lagi—seperti yang tercermin pada tokoh Andrea (Dinda Kanya Dewi) dan Leon (Khiva Iskak) di film ini. Paul Agusta selaku sutradara mencoba menangkap momen intim ketika dua karakter tersebut tenggelam pada keheningan yang sudah menyatu pada kehidupan mereka.
Andrea adalah salah seorang karyawan di salah satu perusahaan keuangan di Jakarta. Ia mendapat shift kerja malam hari hingga subuh. Sedang Leon adalah seorang penulis novel yang sedang kembali merintis karirnya pasca kematian istrinya. Ia kerap kali mengerjakan tulisannya di kedai kopi milik mas Tito (Joko Anwar) pada larut malam hingga berjumpa dengan pagi. Di waktu kerja yang bersamaan itu, diam-diam mereka saling memerhatikan dari kejauhan. Ketika merasa bosan dengan pekerjaannya, Andrea sesekali berdiri di depan jendela sambil melihat pemandangan malam—kemudian matanya menangkap sosok seorang lelaki yang sedang berada di kedai kopi, lelaki itu adalah Leon. Begitu pula sebaliknya, mata Leon mengarah pada jendela yang masih menyala di salah satu gedung yang terletak di seberang kedai mas Tito.
Daysleepers hadir dengan segala kesederhanaannya yang memikat. Mengambil latar di salah satu tempat di Jakarta—membuat saya yakin bahwa tak peduli sepadat atau sesunyi apapun tempatnya, setiap insan pasti pernah merasakan kesepian. Andrea yang pada awalnya sangat menikmati jadwal jam kerjanya, akhirnya ia mulai merasakan sesuatu yang hilang pada dirinya selama ini. Sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya. Saking lamanya ia akrab dan bercumbu dengan kekosongan, ia lupa bagaimana caranya mengisi yang kosong. Ia terbiasa duduk di kursi kantor berjam-jam sembari memakan pop corn dan minum kopi, serta memerhatikan angka-angka yang ada di layar komputernya. Tatkala ia melihat satu jendela yang menyala di salah satu kedai dan matanya membingkai figur yang tak biasa—ia mulai mempertanyakan kembali dirinya sendiri dan mulai menyadari satu hal—ia benar-benar merasakan kesepian.
Leon—semangat menulisnya pernah redup setelah kematian istrinya—ia pun terpuruk dalam luka, kesedihan dan kesendirian, sejak saat itu Leon merasa hidupnya takkan pernah sama. Leon tak pernah merasa utuh tanpa kehadiran sang istri. Lambat laun ia mencoba memulai kembali demi menafkahi putra semata wayangnya. Namun, ia dilanda kebuntuan ketika sedang menggali ide untuk buku selanjutnya. Hingga suatu hari Leon menyadari kehadiran siluet perempuan di jam malam pada gedung seberang kedai kopi mas Tito dan dia dibuat bertanya-tanya dengan hadirnya salah satu jendela yang lampunya masih menyala terang. Leon berharap suatu hari ia bisa bertemu dengan sosok yang mebuatnya penasaran setiap malam. Sosok misterius yang menggantung pada pikirannya. Sosok misterius yang memantik semangatnya dalam menulis novel.
Rasanya tidak berlebihan bila saya mengatakan bahwa hubungan Andrea dan Leon cukup manis dan intim meskipun mereka tidak pernah saling bertemu. Ungkapan ‘jatuh cinta pada seseorang yang belum kita temui’ jadi terasa masuk akal. Daysleepers begitu dekat dengan kita, Paul Agusta mengusung konsep minimalis pada filmnya—latar berkutat pada rumah Andrea, kedai kopi mas Tito, rumah Leon, dan gedung kantor Andrea. Kita akan diperlihatkan bagaimana kegiatan sehari-hari Andrea dan Leon secara berulang ketika sebelum bekerja dan selesai bekerja. Daysleepers dengan bersahaja memotret dua individu yang sama-sama dihinggapi rasa sepi. Keduanya baru menyadari hal tersebut ketika mereka sama-sama menyapa dalam diam dari jendela masing-masing. Tak terasa Leon dan Andrea sudah saling menyapa melalui keheningan yang intim, sekalipun sonder suara dan tatap muka.
Daysleepers adalah surat cinta Paul Agusta bagi mereka yang seringnya bercinta dengan kesepian, kepada mereka yang merasa penat dan membutuhkan jalan menuju distraksi untuk menghilangkan rasa hampa. Juga, ditujukan bagi kita yang berharap akan adanya kejutan kecil yang merubah tatanan hidup yang dirasa teralu statis, hitam-putih, serta membosankan.
(Diunggah pertama kali di Instagram Maniacinema, Oktober 2020)
Desain : Hotman Nasution
Daysleepers / Kisah Dua Jendela | 2018 | Durasi : 92 Menit | Sutradara : Paul Agusta | Negara Asal : Indonesia | Pemeran : Khiva Iskak, Dinda Kanyadewi, Agnes Naomi , Djenar Maesa Ayu, Joko Anwar | Produksi : Kinekuma Pictures
Sebagian besar waktunya dihabiskan dengan mencari uang, tidur, membantu orang tua, ibadah dan menonton bila sempat.
Leave a Reply