Love Streams : Kegamangan Dalam Memaknai Cinta.Mega Fadilla | Posted on 11 February 2021 | Cinta merupakan sebuah topik universal yang tidak akan pernah basi untuk dikupas—terutama melalui medium film. Jika kita bertanya pada setiap manusia ‘apa itu cinta?’ maka kita akan memperoleh jawaban yang beragam. Karena definisi mengenai cinta bagi setiap orang tentulah berbeda. Namun, apakah selama ini kita telah mengerti dan memahami konsep tentang cinta?Love Streams mempertanyakan hal serupa. Berawal dari Robert Harmon (John Cassavetes) seorang penulis ternama yang alkoholik, juga seorang pemain wanita ulung yang tiba-tiba dimintai bantuan oleh mantan istrinya untuk merawat anak lelakinya yang tak pernah ia temui sejak lahir. Ia pun terpaksa merawat anak tersebut selama beberapa hari. Tak disangka, keeseokan harinya—Robert Harmon kedatangan seorang tamu istimewa—saudari kandungnya yang sudah lama tak bersua dengan Robert—Sarah Lawson (Gena Rowlands) yang dilanda depresi pasca berpisah dengan suaminya. Love Streams memotret ketidaktahuan dua orang manusia ketika mereka dihadapkan dengan hal magis yang bernama cinta. Film ini membuat saya cukup yakin bahwa kita tidak pernah benar-benar mengerti akan cinta. C.S Lewis dalam bukunya yang berjudul The Four Loves—di mana beliau menjelaskan bahwa cinta dibedakan menjadi empat jenis, yakni; agape, eros, storge dan philia. Ragam Jenis Cinta Empat jenis cinta tersebut berhubungan erat dengan mitologi Yunani kuno—seperti halnya agape, dalam bahasa Yunani agape bermakna cinta yang altruistik—jenis cinta dengan level tertinggi karena cinta ini tidak membutuhkan balasan. Cinta dengan jenis agape sering dihubungkan dengan hal kerohanian—seperti hubungan Tuhan dengan manusia. Cinta dengan jenis eros dalam mitologi Yunani kuno diambil dari nama dewa yang bernama Eros—dia adalah dewa cinta yang mengarah pada gairah. Kemudian storge dalam mitologi Yunani merupakan cinta yang antar keluarga—cinta antar orang tua dan anak.. Storge sendiri dalam bahasa Yunani merujuk pada cinta keluarga. Philia dalam mitologi Yunani kuno merupakan cinta antar teman. Orang Yunani kuno percaya bahwa cinta jenis philia merupakan jenis cinta yang suci—karena melambangkan pengorbanan, ketulusan, dan kesetiaan antar sesama—di mana hal-hal tersebut merupakan basis fundamental dari asas persahabatan. Orang Yunani kuno percaya bahwa cinta jenis philia lebih agung daripada cinta jenis eros. Penggambaran cinta antara Sarah dan Robert adalah storge—ikatan cinta antar adik dan kakak. Sarah dan Robert sudah sudah saling memahami sifat masing-masing. Sarah yang terluka hatinya akibat dari bahtera rumah tangganya yang hancur, ia mencoba menyembuhkan rasa sakitnya dengan mengunjungi Robert—berharap Robert mampu menenangkan Sarah yang kacau. Kompleksitas Cinta G.G Libowitz (dalam Wortman, 1992) pernah mengatakan bahwa cinta merupakan sebuah emosi positif—sebuah perasaan yang kita rasakan terhadap seseorang yang kita anggap istimewa. Dalam ragam jenis cinta, komponen perhatian terhadap orang yang kita anggap spesial merupakan salah satu komponen yang begitu berarti. Jika tidak ada elemen perhatian di dalamnya maka akan terasa datar dan tak memiliki makna. Juga hal demikian tergambar pada tokoh Robert Harmon—awalnya ia merasa senang dan tidak terganggu dengan kedatangan Sarah. Namun, lambat laun ulah Sarah yang di luar dugaan membuat Robert bingung dan frustrasi. Sarah memberikan perhatian paling tulus yang belum pernah diterima Robert dari siapapun. Hal ini menunjukkan kasih sayang antar saudara kandung (storge) yang dimiliki Sarah kepada Robert begitu kuat meski awalnya Robert tidak menyadarinya. Secara tidak langsung Sarah telah membuat hidup Robert berantakan, tetapi karena kedatangan Sarah di rumah Robert membuat atmosfir kediaman Robert menjadi berbeda dan jauh menjadi lebih hangat—Sarah berinisiatif membelikan Robert berbagai macam hewan piaraan, agar Robert bisa merasakan cinta terhadap makhluk hidup—juga Sarah berharap hewan piaraan yang dibeli oleh Sarah mampu menginspirasi Robert untuk menulis tentang cinta. Karena Sarah berpikir bahwa Robert adalah manusia yang tak bisa merasakan cinta dan Robert hanya mengetahui soal sex dalam novel yang ia tulis ketimbang makna cinta. Robert mulai merasakan sesuatu yang asing dalam dirinya—sesuatu yang menurutnya sangat klise, yakni cinta. Robert mendapati dirinya mulai merasakan cinta ketika ia melihat Sarah tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri. Jiwa kesepian Robert mulai terusik—ia mulai merasa kehilangan Sarah tatkala Sarah terbaring sakit di atas ranjang—ia merawat adiknya dengan penuh perhatian. Robert pun yang awalnya tak peduli dengan hewan piaraan pembelian Sarah—ia mulai merawatnya dengan kasih sayang. Manusia dan Cinta Robert akhirnya bisa merasakan cinta berkat Sarah—karena dirinyalah Robert percaya bahwa cinta memang nyata meski kita tidak dapat melihat wujudnya. Robert ingin menjadi sosok yang bisa memberikan kebutuhan cinta terhadap Sarah yang sulit ditebak dan bisa meledak sewaktu-waktu. Karena Robert merasa telah mengenal Sarah dengan baik. Robert merasa ia bisa menggatikan posisi mantan suami Sarah dan akan memberikan banyak cinta kepada Sarah. Robert hanya ingin merawat dan saudari kandungnya tersebut dan tak ingin Sarah terluka karena cinta lagi. Sarah memutuskan kembali kepada mantan suaminya meski Robert memintanya untuk tetap tinggal. Sarah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali bersama suami dan anaknya—karena Sarah menganggap bahwa sumber cinta dan kebahagiaan Sarah ada pada mereka. Cinta yang dimiliki Sarah kepada mantan suaminya tersebut merujuk pada eros—karena Sarah menganggap mantan suami dan putrinya merupakan pusat kebahagiaan bagi dirinya. C.S Lewis juga menyatakan kebutuhan manusia akan cinta tidak akan pernah cukup—yang berarti bahwa manusia memiliki kebutuhan cinta tidak hanya pada pasangan. Tentunya mereka membutuhkan afeksi dari hubungan kekeluargaan dan pertemanan. Selain rapuh—John Cassavetes menampilkan tokoh Sarah dan Robert merupakan duamanusia kesepian yang sedang mencari arti cinta itu sendiri. Cassavetes menampilkan Robert sebagai playboy kesepian yang cenderung apatis bahkan sinis ketika membicarakan cinta. Namun, semuanya berubah ketika Sarah yang kacau mendarat di pintu rumahnya. Bisa dikatakan bahwa pertemuan Robert dengan Sarah adalah sebuah anugerah—karena Sarah secara tidak langsung menunjukkan Robert arti cinta yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sarah mungkin depresi dan kacau pasca perceraiannya, tetapi dari kekacauan Sarah—Robert akhirnya mengetahui mengapa saudarinya begitu menginginkan hidup dengan cinta—karena dengan adanya sentuhan cinta, kehidupan manusia menjadi lebih berwarna dan manusia menjadi lebih peka terhadap sekitar meski kita semua terkadang masih awam dalam memahami cinta. Sarah sangat mendambakan cinta. Ia berpikir bahwa ia tidak akan benar-benar merasakan bahagia seutuhnya jika ia tidak hidup dengan seseorang yang ia cintai. Namun, Sarah juga gagap dalam memahami cinta. Karena bagi Sarah cinta merupakan aliran yang tidak akan terputus. Benarkah demikian? John Cassavetes dalam Love Streams dengan lantang mempertanyakan kembali makna cinta—penonton seakan diajak untuk merenung sejenak mengenai pemahaman tentang cinta. Melalui Love Streams—Cassavetes menegaskan bahwa cinta mungkin adalah hal yang sepele bagi beberapa individu, bahkan mungkin sebagian dari kita akan skeptis jika berbicara tentang cinta. Namun, hidup tanpa cinta jauh lebih buruk—karena hal tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak akan benar-benar merasakan kehidupan yang subtil, juga manusia akan mati rasa bila dunia dan seisinya tercipta tanpa cinta. Karena terkadang ego manusia begitu tinggi dalam menerjemahkan falsafah cinta yang begitu kompleks. Kita mungkin berpikir bahwa kita sudah pandai memaknai cinta, tetapi bisa jadi kita yang gagap dan nihil dalam memahami cinta. Kita mungkin pernah tersesat dalam menemukan arti cinta layaknya Robert dan Sarah, tetapi cinta bisa tumbuh pada diri kita jika kita meyakini bahwa cinta memang nyata kehadirannya tanpa harus mengetahui rupa cinta itu sendiri. Desain oleh : Hotman Nasution Love Streams |1984 |Sutradara: John Cassavetes |Durasi: 144 Menit |Negara Asal: Amerika Serikat |Pemeran: Gena Rowlands, John Cassavetes About the authorRelated Posts Mega FadillaSebagian besar waktunya dihabiskan dengan mencari uang, tidur, membantu orang tua, ibadah dan menonton bila sempat.30 June 2023Theo Angelopoulos: Perjalanan Panjang antara Kisah dan Sejarah15 December 2022Dunia Wong Kar Wai: Saat-Saat Paling Indah27 February 2021Cinemuach: Menonton Film Sebagai Kegemaran dan Kesenangan21 January 2021Daysleepers : Keintiman dalam Keheningan Post Navigation ← The Lunchbox : Memberi Makan Rasa Cinta[Dunia Icha] Malcolm & Marie : Jangan Cuma Bisa Bilang I Love You. → Leave a Reply Cancel replyYour email address will not be published. Required fields are marked *Comment * Name * Email * Website Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
Leave a Reply