303: Perjalanan Menemukan Cinta
Erich Fromm (1956) berpendapat bahwa cinta adalah satu-satunya jawaban rasional yang dibutuhkan manusia untuk mengatasi perpisahan. Cinta merupakan kekuatan aktif dalam diri manusia yang membuat manusia bebas dari kesendirian dan menjadikan kehidupan manusia lebih baik lagi. Sebagai sesuatu yang aktif, cinta bisa hadir di mana dan kapan saja, termasuk dalam sebuah perjalanan di camper van 303.
Jule dan Jan lah yang melakukan perjalanan itu. Jule (Mala Emde) ialah seorang Mahasiswi Biologi, Universitas Humboldt yang berencana ke Portugal menemui pacarnya, Alex, setelah mengetahui bahwa ia hamil. Jan (Anton Spieker) merupakan Mahasiswa Ilmu Politik, Universitas Berlin yang ingin ke Spanyol guna menemui ayah kandungnya untuk pertama kali. Keduanya adalah orang asing hingga Jule membolehkan Jan yang tengah mencari tumpangan untuk ikut dalam van 303-nya hingga ke Cologne.
Premis seperti ini awalnya tentu terkesan klise dan terlalu indah untuk jadi nyata, tapi bukan berarti 303 (2018) semudah itu membuat kedua karakternya saling jatuh cinta. Pertemuan Jule dan Jan tidak serta-merta berjalan mulus mengingat di awal perjalanan, Jule sempat tersinggung dengan perdebatan mereka mengenai bunuh diri dan alhasil, ia menurunkan Jan di tempat. Tapi selanjutnya, secara kebetulan, Jan menolong Jule yang terancam dan keduanya memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama. Perjalanan yang semula hanya diniatkan menuju Cologne, menjadi perjalanan panjang melintasi Eropa. Dan seperti road movie pada umumnya, perjalanan mereka menghampiri berbagai kota dan pantai dari Jerman hingga Portugal disajikan dengan begitu indah. Sinematografinya yang banyak didominasi oleh warna-warna yang lembut—putih, beige, dan biru muda—membuat film ini begitu nyaman disaksikan. Beberapa iringan lagu yang terdengar menyenangkan, membuat penonton serasa ikut serta dalam perjalanan Jule dan Jan. Selayaknya perjalanan lain yang ditujukan untuk sebuah pencarian, perjalanan mereka sebetulnya adalah perjalanan menemukan cinta.
Dalam teori psikoanalisis humanistisnya, Fromm menyebutkan bahwa manusia sejatinya adalah makhluk yang terpisah dengan alam dan hidup dalam ketidakpastian dunia ini. Manusia menyadari kelemahannya dalam menghadapi hal-hal dalam hidup. Menurut Fromm, manusia yang berada dalam keterpisahan itu akan mengalami kesendirian dan isolasi yang ia sebut sebagai kecemasan dasar. Mereka akan mencoba terhubung kembali dengan dunia melalui berbagai pemenuhan kebutuhan yang salah satunya adalah kebutuhan akan keterhubungan—dorongan untuk bersatu dengan orang lain—yang dilakukan dengan tiga cara: kepasrahan, kekuasaan, dan cinta. Kepasrahan dan kekuasaan bersifat sementara dan parsial tapi dengan cinta, seseorang bisa bersatu dengan dunia tanpa kehilangan individualitas dan integritasnya.
Di awal film, tersirat bahwa Jule dan Jan menghadapi kecemasan itu. Jule merasakan ketiadaan sosok di sampingnya, hari-harinya pun dipenuhi dengan kegundahan, ia memutuskan untuk menemui Alex dengan harapan mendapat cinta yang dibutuhkannya. Begitu juga dengan Jan, ia menyadari selama ini tidak pernah dipedulikan oleh ayah tirinya, perjalanan menemui ayah kandungnya ditujukan pula untuk mencari cinta. Ditambah dengan kegagalan yang mereka alami sebelumnya—Jule gagal di ujian biokimia dan Jan gagal mendapatkan beasiswa—keduanya menyadari hidup mereka penuh dengan hal-hal di luar harapan, sehingga perjalanan mereka adalah upaya untuk mengatasi kecemasan itu.
Menurut Fromm, cinta bukanlah objek. Sehingga ketika perjalanan Jule dan Jan semula ditujukan untuk mencari cinta, yang sebetulnya terjadi adalah perjalanan itu membuat keduanya saling jatuh cinta. Pernyataan Fromm mengenai cinta yang tetap mempertahankan individualitas dan integritas seseorang dapat disaksikan pada salah satu perkataan Jule pada Jan setelah berhari-hari lamanya mereka bersama, “Kau bersamaku, namun kau bukan milikku.” Fromm percaya bahwa cinta yang dewasa membuat seseorang mampu mengatasi keterpisahan serta mampu menjaga keutuhan dirinya.
Fromm juga merumuskan empat elemen dasar dari cinta, yaitu kepedulian, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jule dan Jan saling peduli sejak pertama, Jule membolehkan Jan menumpang dan Jan menolong Jule yang terancam. Adanya cinta membuat seseorang menyadari bahwa sosok yang ia cintai adalah bagian dari persoalannya. Di saat Jule merasa rendah, di situlah Jan selalu hadir mendampingi. Saat Jule merasa begitu khawatir dengan kehamilan dan kelanjutan hubungannya dengan Alex, Jan turut merasakan kegusaran Jule. Rasa hormat membuat seseorang memandang sosok yang dicintai apa adanya tanpa berupaya menghilangkan kekhasan sosoknya. Dengan berbagai pengetahuan yang saling mereka peroleh sepanjang perjalanan, maka Jule dan Jan begitu menghormati satu sama lain. Ciuman pertama mereka bahkan baru terjadi setelah berhari-hari mereka bersama, cukup berbeda dengan kebanyakan film romansa yang melibatkan perjalanan lainnya.
Selain teori Fromm, ada pula teori cinta lain yang juga populer, yaitu teori segitiga cinta dari Robert Sternberg. Sternberg mengartikan cinta sebagai kisah yang merefleksikan pribadi seseorang atas suatu hubungan. Ketika teori Fromm lebih fokus pada bagaimana cinta mengatasi problem eksistensial manusia, Sternberg lebih menekankan pada komponen pembentuk cinta. Ia mengklasifikasikan cinta ke dalam tiga komponen: kedekatan, gairah, dan komitmen. Komponen-komponen ini bisa ditemukan pula dalam perjalanan Jule dan Jan.
Keputusan untuk melakukan perjalanan bersama membuat Jule dan Jan menjadi dekat, terbukti dengan banyaknya perbincangan antara keduanya. Sama-sama memiliki basis pendidikan yang kuat, sepanjang perjalanan, penonton disuguhi beragam topik percakapan dan perdebatan di antara mereka. Mulai tentang biologi, ekonomi, hingga seksual. Alih-alih terdengar pretensius—tantangan untuk film yang dipenuhi percakapan—percakapan-percakapan ajaib dalam 303 justru begitu menarik untuk disimak. Seperti Jule yang percaya bahwa manusia adalah makhluk yang baik, tindakan mereka beralaskan empati, dan kerja sama antar manusia mendatangkan keberhasilan. Sementara Jan berpikir sebaliknya, semua tindakan manusia didasarkan atas persaingan yang sudah ada sejak lama. Mereka membicarakan juga bagaimana pernikahan adalah upaya meringankan ekonomi, kesendirian menurunkan kekebalan tubuh, Cro-Magnon lebih baik dari Neanderthal, pemilihan pasangan tanpa sadar dilakukan atas dasar evolusioner, hingga seks yang membutuhkan kekontrasan.
Keberhasilan penyampaian dialog itu tentu didukung oleh kepiawaian akting dari Emde dan Spieker. Percakapan yang keduanya lakukan terdengar begitu natural, tidak berbeda dengan percakapan yang kita dengar dan lakukan sehari-hari. Keduanya juga membuat penonton terbuai dalam hubungan Jule dan Jan yang semakin erat. Kedekatan Jule dan Jan itu dilandasi pula oleh kepercayaan. Percakapan mereka perlahan menjadi personal. Keduanya membuka diri tentang permasalahan masing-masing dan hubungan percintaan yang pernah mereka lalui sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, ketertarikan fisik dan seksual juga tumbuh di antara mereka. 303 memotret perasaan Jule dan Jan dengan begitu subtil, bagaimana keduanya kadang saling mencuri pandang dan diam-diam mencium aroma kaos satu sama lain yang mengandung feromon, hormon pemicu daya tarik seksual yang pernah mereka bicarakan sebelumnya.
Tiga komponen cinta Sternberg dapat dikombinasikan hingga menghasilkan delapan tipe cinta. Kedekatan dan gairah yang kuat seperti yang dirasakan Jule dan Jan menghasilkan cinta romantis. Namun, cinta romantis memang dihadapkan pada waktu yang terbatas sehingga komitmennya perlu dipertanyakan. Hubungan Jule dan Jan sempat terhenti di Portugal saat Jule ingin melanjutkan perjalanan menemui Alex dan mengatakan bahwa ia mungkin tidak akan menemui Jan lagi. Tapi ketika Jule dengan van 303-nya berbalik menemui Jan yang terduduk meratapi kesendirian, mereka akhirnya menyadari apa yang sebetulnya mereka cari. Jule tidak lagi membutuhkan Alex mengingat hubungannya dengan Alex bukan hubungan cinta yang baik sementara Jan merasa tidak ingin menemui ayahnya sebab ia melihat ayah kandungnya sebagai orang asing, bukan seseorang yang bisa mencintai dan ia cintai. Pelukan dan ciuman Jule dan Jan di akhir film menandai bahwa keduanya sudah menunjukkan komitmen untuk terus bersama dan mulai melangkah menuju consummate love; cinta yang sempurna.
Lewat director’s note, Weingartner menyebutkan bahwa cinta adalah dasar kebahagiaan manusia. Cinta adalah keputusan yang begitu krusial, namun manusia kerap salah memaknainya. Dalam 303, ia ingin menunjukkan seperti apa cinta yang sebenarnya, dan Weingartner tampaknya memang berhasil. Tanpa harus menghadirkan berbagai konflik rumit yang menguras emosi, 303 meninggalkan kesan yang begitu hangat di hati penonton. Meskipun tidak banyak dari kita yang bisa melakukan perjalanan seperti Jule dan Jan, tapi setidaknya, 303 menyadarkan kita bahwa cinta yang sempurna memang nyata adanya. Dan bahwa setiap manusia, dengan cinta dalam diri mereka, berhak untuk lepas dari kesendirian di dunia ini.
303 | 2018 | Sutradara : Hans Weingartner | Pemeran : Mala Emde, Anton Spieker | Negara Asal : Jerman |Durasi : 145 Menit | Produksi : Kahuuna Films, NEUESUPER, Starhaus Produktionen
Mahasiswi psikologi yang pengin nonton film lebih banyak dan nulis lebih baik lagi. Saat ini, nulis juga di @CinefoxxID
Leave a Reply